Gadget Modern : Positif atau Negatif?
Ayat bacaan: Roma 12:10
====================
"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat."
keliru menggunakan gadgetSeorang teman baru saja menumpahkan unek-uneknya kepada saya. Ia merasa kesal setelah selesai rapat informal di sebuah cafe bersama empat orang temannya. Mereka sudah berjanji untuk bertemu, dan untuk menghormati teman-temannya, maka ia pun mengganti telepon selular nya pada posisi silent. Tetapi ternyata keempat temannya tidak berpikir untuk melakukan hal yang sama. Mereka semua sibuk dengan Blackberry masing-masing, tenggelam dalam dunianya sendiri. Teman saya itu pun kemudian hanya diam melihat keempatnya sama sekali tidak peduli akan kehadiran satu sama lain, dan hanya menjawab seadanya ketika ditanya karena sedang sibuk bermain dengan blackberrynya. "Secara fisik mereka hadir, tetapi hati, perhatian dan pikiran mereka sama sekali tidak berada di sana. Bahkan sampai janji temu selesai." Kata teman saya itu dengan kesal. Gadget terus berkembang pesat dengan fitur-fitur yang semakin luas. Orang bisa saling terhubungkan secara instan meski berada di tempat yang berjauhan. Berbagai provider dan produsen pun saling berlomba-lomba untuk merangsang pembeli dengan berbagai fasilitas seperti facebook, twitter, chatting dan lain-lain dengan harga yang termurah, kalau bisa malah gratis. Semua fasilitas ini dibuat untuk mempermudah kita berhubungan. Di satu sisi semua itu memberi kemudahan akses bagi kita, tetapi di sisi lain berbagai kemudahan itu ternyata membuat kita tidak lagi tertarik untuk bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar kita secara langsung. Semakin canggih gadget yang digunakan, semakin jauh pula penggunanya tersedot ke dalamnya. Mereka bertualang di dunia mereka masing-masing, sehingga meski tubuh mereka berada di tempat, tetapi hati, pikiran dan perhatian mereka berada dalam sebuah kotak kecil dengan dunia tersendiri. Betapa seringnya saya melihat suami istri atau yang sedang berpacaran tidak lagi saling ngobrol ketika berada di rumah makan atau cafe. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing, tidak peduli lagi dengan orang yang pada saat itu ada bersama mereka. Pada kesempatan lain seorang teman lain mengeluh bahwa pasangannya seolah berubah menjadi orang yang tidak ia kenal. "Bangun pagi ia langsung sibuk bermain blackberry nya dan tidak lagi mau diganggu oleh apapun. Hampir sepanjang hari ia terus seperti itu." keluhnya. Ini mungkin dialami pula oleh banyak pasangan atau persahabatan. Kita dekat dengan yang jauh, tetapi menjadi jauh dengan yang dekat. Sungguh ironis.
Ayat bacaan: Roma 12:10
====================
"Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat."
keliru menggunakan gadgetSeorang teman baru saja menumpahkan unek-uneknya kepada saya. Ia merasa kesal setelah selesai rapat informal di sebuah cafe bersama empat orang temannya. Mereka sudah berjanji untuk bertemu, dan untuk menghormati teman-temannya, maka ia pun mengganti telepon selular nya pada posisi silent. Tetapi ternyata keempat temannya tidak berpikir untuk melakukan hal yang sama. Mereka semua sibuk dengan Blackberry masing-masing, tenggelam dalam dunianya sendiri. Teman saya itu pun kemudian hanya diam melihat keempatnya sama sekali tidak peduli akan kehadiran satu sama lain, dan hanya menjawab seadanya ketika ditanya karena sedang sibuk bermain dengan blackberrynya. "Secara fisik mereka hadir, tetapi hati, perhatian dan pikiran mereka sama sekali tidak berada di sana. Bahkan sampai janji temu selesai." Kata teman saya itu dengan kesal. Gadget terus berkembang pesat dengan fitur-fitur yang semakin luas. Orang bisa saling terhubungkan secara instan meski berada di tempat yang berjauhan. Berbagai provider dan produsen pun saling berlomba-lomba untuk merangsang pembeli dengan berbagai fasilitas seperti facebook, twitter, chatting dan lain-lain dengan harga yang termurah, kalau bisa malah gratis. Semua fasilitas ini dibuat untuk mempermudah kita berhubungan. Di satu sisi semua itu memberi kemudahan akses bagi kita, tetapi di sisi lain berbagai kemudahan itu ternyata membuat kita tidak lagi tertarik untuk bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar kita secara langsung. Semakin canggih gadget yang digunakan, semakin jauh pula penggunanya tersedot ke dalamnya. Mereka bertualang di dunia mereka masing-masing, sehingga meski tubuh mereka berada di tempat, tetapi hati, pikiran dan perhatian mereka berada dalam sebuah kotak kecil dengan dunia tersendiri. Betapa seringnya saya melihat suami istri atau yang sedang berpacaran tidak lagi saling ngobrol ketika berada di rumah makan atau cafe. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing, tidak peduli lagi dengan orang yang pada saat itu ada bersama mereka. Pada kesempatan lain seorang teman lain mengeluh bahwa pasangannya seolah berubah menjadi orang yang tidak ia kenal. "Bangun pagi ia langsung sibuk bermain blackberry nya dan tidak lagi mau diganggu oleh apapun. Hampir sepanjang hari ia terus seperti itu." keluhnya. Ini mungkin dialami pula oleh banyak pasangan atau persahabatan. Kita dekat dengan yang jauh, tetapi menjadi jauh dengan yang dekat. Sungguh ironis.